Inquiry Teori Komunikasi


No single theory, no matter how large its domain, can provide a comprehensive picture of the process. (Stephen W Littlejohn, 1989)

PERGOLAKAN terhadap pendekatan kajian Komunikasi memiliki karakter yang berbeda-beda antar bagian di Dunia ini, korelasinya jelas bersinggungan dengan latar belakang sejarah, kebudayaan, naluri kritis, iklim kehidupan manusia dan juga berbagai asumsi lain yang memilki kekhasan tersendiri antar belahan bumi.

Bahkan, benua paling bertahta sekaligus poros utama lahirnya kajian Komunikasi sendiri memiliki pandangan yang saling bertolak. Sebut saja wilayah Eropa (East), pemikiran-pemikiran yang lahir cenderung berstandar, tidak menerima asumsi telaah mendalam sebagai landasan penelitian komunikasi. Pemikiran tersebut mendapat dukungan Amerika Serikat (west). Namun muncul era baru yang menolak anggapan standar penelitian, yaitu Amerika Utara yang memberikan gambaran kualitatif (perspektif).

index13Indonesia, dengan latar belakang kebudayaan yang beragam, kajian khas Indonesia di lihat dari perspektik iklim kehidupan manusianya sangat berbeda dengan Eropa, Amerika. Bahkan di Negara rumpun melayu sekali-pun Indonesia memiliki ciri yang khas, dan hanya ada di Indonesia. dengan alasan tersebut, perbincangan teori baik di Barat, Timur dan juga Indonesia akan memilki perbandingan yang kental dengan karakter manusianya.

Teori-teori yang bersumber dari wilayah Timur cenderung berfokus pada wholeness dan unity, dengan kaitan itu maka yang menjadi pertimbangan adalah keikutsertaan sejarah, latar belakang, budaya, kebiasaan, dan juga tradisi-tradisi tradisional di tempat tersebut, kesemuanya membentuk rasa saling berhubungan yakni nilai kesatuan (unity). Hasil dari pemikiran ini adalah kaitan emosional, yang dipandang sebagai satuan konsekuensi natural terencana secara sadar.

Di sisi Barat, lebih pada pengukuran bagian-bagian tanpa harus selalu menyatukan bagian-bagian tersebut. Artinya, proses komunikasi didominasi oleh pandangan egocentrism, perspektif ini memberikan argumentasi bahwa setiap individu memilki kekuatan untuk mencerna pesan, mampu berlaku kritis, seolah-olah semua orang telah memahami konteks individualism-nya.

Perbedaan lain berkaitan dengan alat komunikasi yang digunakan, atau bahasa dan pemikiran. Sebagian besar Teori Barat didominasi oleh bahasa, sementara di Timur, simbol verbal, utamanya lisan, pembicaraan, ucapan-ucapan, diperlakukan dan dipandang dengan skeptis.

Berbeda dengan wilayah Asia, di Indonesia sendiri proses komunikasi melihat karakter manusianya yang ramah dan santun, seringkali intuisi menjadi penting. Ketika terjadi percakapan yang tidak terdengar, atau ada gangguan pesan yang berakibat pesan tersebut tidak di pahami oleh penerima, penerima pesan cenderung diam dan seolah-olah telah memahami. Sehingga, tidak terlihat adanya distorsi.

Naturalistic, menjadi hukum alam dan sunnatullah jika terjadi perbedaan, jangankan hanya berbeda dari dua kubu, kalaupun setiap Negara memiliki pandangan masing-masing tentang perspektif teori maka tidak menjadi persoalan. Sebagaimana pandangan Littlejohn, sebuah perbedaan haruslah menjadi pijakan kebijaksanaan dalam menyikapi, perbedaan muncul sebagimana telah dijelaskan di awal sebagai indikasi perbedaan pada latar belakang teori, semisal kultur, sejarah dan karakter manusia wilayah tersebut. Ada juga persaman dalam perbedaan tersebut.

Harus dipahami mendalam adaah persoalan wilayah kajian Ilmu Komunikasi, studi Ilmu Komunikasi sangat luas, terhampar dari tiap kajian sosial bahkan eksakta, seperti matematika juga memberikan kontribusi terhadap teori komunikasi. Oleh karena itu, rumusan Ilmu Komunikasi tidaklah cukup hanya berhaluan pada dua paradigma, apalagi hanya bersandar pada satu paradigma.

Membaca catatan Littlejohn, ia berfokus pada teori komunikasi yang lahir di Barat (Amerika Serikat), namun demikian ia tidak menafikkan perspektif lain yang muncul dari wilayah Timur (Eropa). Baginya, juga kesepakatan penulis, bahwa untu menjelaskan fenomena yang terjadi haruslah ada kesesuaian penggunaan, teori Barat akan sesuai dengan kondisi Barat, begitu juga Indonesia yang harus mewacanakan teori ke-Indonesiaan.


One response to “Inquiry Teori Komunikasi”

  1. menurut saya manusia cenderung lebih mudah berkomunikasi secara verbal ketimbang non-verbal, karena menurut saya komunikasi non-verbal lebih banyak noisenya karena mungkin saja tidak semua orang tau simbol apa yang dimaksud jika saat terjadi komunikasi non-verbal

Leave a Reply