Kuliah Multikultural: Memahami Masyarakat Samin


SaminBagi kalangan aktifis pluralism, masyarakat samin lebih banyak dikenal dengan nama Sedulur Sikep. Samin, berarti “sama”, “kesamaan”, “sama saja” atau “setara”, senasib sepenanggungan. Arti-arti tersebut melahirkan makna tentang kehidupan yang tidak memiliki perbedaan di mata alam, juga Tuhan, satu individu dengan individu lain tidak ada yang membedakan kecuali kebaikan, nilai ketuhaan dalam diri, Islam menyebutnya sebagai ketakwaan. Sama, juga bermakna kerendahan dan penerimaan diri sebagai makhluk Tuhan.

Masyarakat samin memandang alam sebagai tempat tinggal, apa yang tumbuh dan bersumber dari alam adalah milik bersama, yang harus dijaga dan dihormati, sehingga banyak nilai keraifan yang dipraktikkan oleh masyarakat samin, semisal tidak menghamba pada harta benda, tidak menumpuk kekayaan materi. Mereka, bangga dengan bertani, tidak bersinggungan dengan administrasi Negara, hidup sebagaimana hidup oleh alam. Bahkan, bagi anak-anak muda di masyarakat samin, bertani adalah pekerjaan prestisius.

Sedag Sedulur Sikep, berarti saudara erat, persaudaraan, atau ikatan kekerabatan.

Warna kultural Sedulur Sikep adalah nilai kemanusiaan lebih tinggi dibanding dengan ritualitas lainnya. Pendek kata, menghargai manusia lebih utama disbanding mendebat nilai ketuhaa yang tidak praksis. Tentu, ini sekaligus sebagai autokritik pada komunitas kultural keagamaan yang memandang diri sebagai yang paling benar dan menyingkirkan keyakinan kemanusiaan kelompok lain.

Dalam teks lintas budaya, kondisi itu disebut sectarian communitarianisme, yakni komunitas subkultur yang sangat loyal dan meyakini kebenaran hanya dari golongannya. Pada bab pertengahan buku ini akan diulas secara khusus terkait sectarianisme ini.

Kembali pada sedulur sikep, interaksi yang terbangun pada komunitas budaya ini lebih banyak bersifat antar prbadi, karena menganggap nilai kesamaan. Bagi mereka, satu komunitas budaya adalah satu keluarga itu sendiri, sehingga kekerabatan terus terjalin, meskipun demikian, sedulur sikep tidak menolak orang luar untuk bertamu, memang, mereka menolak ajaran dari luar, baik tu yang bersifat gaya hidup, fashion, bahkan perilaku sekalipun.

Sifat keterbukaan masyarakat samin bersifat inklusif, menerima asupan model budaya luar, tetapi tetap kuat memegang erat kebudayaan leluhur yang ekslusif.

Sedulur sikep, memiliki ritual kesenian yang juga artistic dan magistis, beberapa di antaranya adalah Nyadran (bersih desa), ritual bersih desa selain dengan gotong royong membersihka desa, mereka menguras sumur tua yang dianggap telah memberikan penghidupan, rezeki dan kelimpahan manfaat bagi masyarakat. Selametan, ritual kenduri biasa dilaksanakan untuk menyukuri kehamilan, khitan, kelahiran dan ritual berbela rasa dalam kematian.[1]

Kesenian yang bersifat menghibur, juga ritual magistis, yakni Tari tayup dan Wayang Tengul. Dua bentuk ritual artistik ini merupakan tarian pergaulan yang popular bagi masyarakat samin. Tarian-tarian tersebut biasa diiringi oleh gamelan.

[1] Titi Mumfangati, Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa Tengah. Yogyakarta: Jarahnitra, 2004


6 responses to “Kuliah Multikultural: Memahami Masyarakat Samin”

  1. sectarian communitarianisme adalah bahasan yang paling mudah membuat emosi naik hingga ubun ubun, beberapa pembicaraan di kalangan anak muda mengenai hal hal yang menyinggung sectarian communitarianisme selalu berujung dengan perkelahian, entah karena kurangnya ilmu atau karena fanatisme terhadap suatu golongan sudah menjadi DNA bangsa Indonesia? mungkin bapak Dedi kurnia bisa menjelaskan (y)

  2. Sena reselina-1502144219: memang kenyataannta saat sekarang ini partai politik tidak berpihak kepada rakyat

  3. masyarakat samin merupakan suatu warisan khazanah budaya indonesia yang harus tetap dijaga eksistensinya, karena mereka masih memegang teguh unsur-unsur budaya tradisional yang hampir punah tergerus oleh modernitas budaya popular. Saya sangat berharap masyarakat samin tidak akan terputus keberadaannya hanya sampai generasi ini, karena keunikan budaya mereka dapat menjadi pembeda yang kontras dengan budaya masa (mass culture) yang digandrungi oleh masyarakat kebanyakan pada era ini.
    Kurniati putri haeirina,
    Marcomm 2
    1502140037

  4. Rizqi Khairunnisa
    KM 38 MC 02

    menurut saya masyarakat samin mempunyai sisi positif yg baik karena telah dijelaskan diatas bahwa mereka menerima kebudayaan luar namun tetap berteguh kuat pada kultur/budaya dr masyarakat samin tsb.

  5. Dilihat dari masyarakat samin yang sangat memegang erat dan meyakini kepercayaanya itu, apakah masyarakat samin juga menaati aturan pemerintah yang sudah menuju gaya masyarakat modern? Dan apakah sampai sekarang ini mereka ‘pure’ hidup dengan kebudayaannya, atau sudah tercampuri gaya modernisasi?
    Nova Nafisatul Maula
    1204134069

  6. Berdasarkan tulisan Bapak di atas, menurut saya prinsip yang dipegang teguh oleh masyarakat samin memiliki sisi positif demi keberlangsungan dan keaslian budaya leluhur mereka. Namun saya mempertanyakan apakah sejauh ini mereka tetap bertahan dengan prinsip tersebut? Mengingat sekarang ini merupakan era globalisasi dimana teknologi kian hari kian berkembang dan persaingan kian hari kian ketat

    Ghina Hadiniyati
    1502140107 – Marcomm 02 – 2014

Leave a Reply